Kisah Doa Orang Saleh Yang Membawa Malapetaka
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang tidak akan pernah luput dari namanya dosa, tak satupun manusia yang diciptakan ke muka bumi ini yang sempurna, panca indra manusia merupakan sumber datangnya dosa yang sangat sulit dihindari oleh manusia, mata, telinga, lidah dan tangan merupkan penyumbang terbesar sumber dosa tersebut. Seperti kata pepatah "Lidah lebih tajam dari pedang" mengisyaratkan bahwa lidah mampu merusak manusia lebih dari sebilah pedang karena ia bisa merusak dari dalam dan dari luar bahkan mampu menghancurkan banyak orang sekaligus. Bahkan dalam berdoapun bisa saja melahirkan sebuah dosa yang tak disangka-sangka.
Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini hanyalah untuk beribadah
kepada-Nya dan terdapat sebuah kisah orang shaleh yang ‘salah’ berdoa
sehingga dia harus menanggung resiko dari doa yang telah dipanjatkannya.
Kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi setiap muslim untuk menggunakan
lisan dengan sebaik-baiknya karena lisan merupakan senjata yang paling
tajam. Bagaimana kisahnya?
Islam selalu mengajarkan kepada setiap umatnya untuk menjaga lidah
dengan hati-hati, jika seseorang tidak mampu menjaga lisannya maka diam
merupakan hal yang paling mulia. Rosulullah selalu memberikan contoh
kepada setiap umatnya untuk menjaga lisan yaitu dengan bertutur kata
baik dan jika tidak diperlukan maka sebaiknya cukup dengan diam. Hal ini
disebabkan karena lisan merupakan jaminan keselamatan seseorang setelah
kemaluannya. Rosulullah juga menganjurkan kepada umatnya untuk
mengatakan hal kebaikan saja atau lebih baik diam jika tidak mampu
menyampaikan kebajikan kepada orang lain.
Ada sebuah kisah yang dapat menjadi pelajaran bagi setiap muslim agar
selalu menjaga lisannya karena shalat orang-orang shaleh akan sirna jika
mereka tidak menjaga lisannya. Kisah ini telah diceritakan oleh Ibnu
Athailah dalam Al-Hikam yang cukup populer. Kisah ini menceritakan
seorang muslim yang shaleh tetapi telah melakukan kesalahan dengan
lisannya sehingga dia harus menanggung resiko dari lisannya.
Kala itu ada seorang muslim yang shaleh dan setiap harinya dia mambagi
waktunya untuk bekerja dan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dia bekerja
untuk memenuhi kebutuhan jasadnya yaitu untuk makan dan minum,
sedangkan dia beribadah untuk memenuhi kebutuhan jiwanya yaitu memenuhi
kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Muslim shaleh tersebut mendapatkan satu potong roti setiap harinya
sebagai upah bekerjanya dan roti itu cukup untuk memberikan energi bagi
tubuhnya sehingga mampu beribadah kepada Allah SWT. Namun muslim shaleh
ini ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT disepanjang hari
sehingga dia berdoa kepada Allah SWT agar dirinya mendapat dua potong
roti setiap harinya tanpa harus bekerja sehingga dia dapat beribadah
dengan lebih rajin dari sebelumnya.
Setelah mengucapkan doa yang terlintas dalam pikirannya tersebut, muslim
shaleh ini tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasanya yaitu
bekerja dan beribadah kepada Allah SWT. Allah SWT mengabulkan doa orang
shaleh ini dengan memberikan fitnah yang begitu kejam hingga dia harus
dipenjara. Selama dipenjara muslim shaleh ini mendapat dua potong roti
setiap harinya tanpa harus bekerja.
Di hari-hari pertamanya, dia beribadah lebih rajin untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT tetapi setelah berjalannya waktu muslim shaleh ini
merasakan betapa menderitanya hidup di penjara karena meskipun dia
tidak harus bekerja dan mendapatkan dua potong roti dengan gratis tetapi
dia harus menerima hukuman siksaan yang cukup besar sehingga dia merasa
tidak sanggup dan menyesali semua doa yang salah itu. Sang shaleh
akhirnya memperbanyak istighfar dan menyadari bahwa bekerja merupakan
salah satu wujud ibadah kepada Allah SWT jika diniatkan untuk beribadah
kepada-Nya.
Demikian informasi seputar kisah orang shaleh yang ‘salah’ berdoa
sebagai pelajaran bagi setiap muslim agar lebih berhati-hati dalam
menggunakan lisannya, terutama saat berdoa meminta sesuatu kepada Allah
SWT.
Source :
http://log.viva.co.id/news/read/766256-kisah-orang-saleh-yang-salah-berdoa
0 Komentar